Jumat, 13 Maret 2015

STIGMA WAHHABI


Buya Hamka: Vonis Sesat terhadap Wahabi Direkayasa untuk Gurita Kolonialisme

Oleh: Zulkarnain Khidir
Mahasiswa Universitas Prof. DR. HAMKA, Jakarta
Belakangan ketika isu terorisme kian dihujamkan di jantung pergerakan umat Islam agar iklim pergerakan dakwah terkapar lemah tak berdaya. Nama Wahabi menjadi salah satu faham yang disorot dan kian menjadi bulan-bulanan aksi “tunjuk hidung,” bahkan hal itu dilakukan oleh kalangan ustadz dan kiyai yang berasal dari tubuh umat Islam itu sendiri.
Beberapa buku propaganda pun diterbitkan untuk menghantam pergerakan yang dituding Wahabi, di antaranya buku hitam berjudl “Sejarah Berdarah Sekte Salafi-Wahabi: Mereka Membunuh Semuanya Termasuk Para Ulama.” Bertubi-tubi, berbagai tudingan dialamatkan oleh alumnus dari Universitas di Bawah Naungan Kerajaan Ibnu Saud yang berhaluan Wahabi, yaitu Prof. Dr. Said Siradj, MA. Tak mau kalah, para kiyai dari pelosok pun ikut-ikutan menghujat siapapun yang dituding Wahabi. Kasus terakhir adalah statement dari kiyai Muhammad Bukhori Maulana dalam tabligh akbar FOSWAN di Bekasi baru-baru ini turut pula menyerang Wahabi dengan tudingan miring. Benarkah tudingan tersebut?
Menarik memang menyaksikan fenomena tersebut. Gelagat pembunuhan karakter terhadap dakwah atau personal pengikut Wahabi ini bukan hal baru, melainkan telah lama terjadi. Hal ini bahkan telah diurai dengan lengkap oleh ulama pejuang dan mantan ketua MUI yang paling karismatik, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa disapa Buya HAMKA. Siapa tak mengenal Buya HAMKA? Kegigihan, keteguhan dan independensinya sebagai seorang ulama tidak perlu diragukan lagi tentunya.
Dalam buku “Dari Perbendaharaan Lama,” Buya HAMKA dengan gamblang beliau merinci berbagai fitnah terhadap Wahabi di Indonesia sejatinya telah berlangsung berkali-kali. Sejak Masa Penjajahan hingga beberapa kali Pemilihan Umum yang diselenggarakan pada era Orde Lama, Wahabi seringkali menjadi objek perjuangan yang ditikam fitnah dan diupayakan penghapusan atas eksistensinya. Mari kita cermati apa yang pernah diungkap Buya Hamka dalam buku tersebut:
“Seketika terjadi Pemilihan Umum , orang telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk alat kampanye, nama “Wahabi.” Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah Wahabi, sebab itu jangan pilih orang Masyumi. Pihak komunis pernah turut-turut pula menyebut-nyebut Wahabi dan mengatakan bahwa Wahabi itu dahulu telah datang ke Sumatera. Dan orang-orang Sumatera yang memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah dari keturunan kaum Wahabi.
Memang sejak abad kedelapan belas, sejak gerakan Wahabi timbul di pusat tanah Arab, nama Wahabi itu telah menggegerkan dunia. Kerajaan Turki yang sedang berkuasa, takut kepada Wahabi. Karena Wahabi adalah, permulaan kebangkitan bangsa Arab, sesudah jatuh pamornya, karena serangan bangsa Mongol dan Tartar ke Baghdad.
Dan Wahabi pun ditakuti oleh bangsa-bangsa penjajah,
karena apabila dia masuk ke suatu negeri, dia akan
mengembangkan mata penduduknya menentang penjajahan.
Sebab faham Wahabi ialah meneguhkan kembali
ajaran Tauhid yang murni,
menghapuskan segala sesuatu yang akan membawa kepada syirik.
Sebab itu timbullah perasaan
tidak ada tempat takut melainkan Allah.
Wahabi adalah menentang keras kepada Jumud,
yaitu memahamkan agama dengan membeku.
Orang harus kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Ajaran ini telah timbul bersamaan dengan timbulnya kebangkitan revolusi Prancis di Eropa. Dan pada masa itu juga “infiltrasi” dari gerakan ini telah masuk ke tanah Jawa. Pada tahun 1788 di zaman pemerintahan Paku Buwono IV, yang lebih terkenal dengan gelaran “Sunan Bagus,” beberapa orang penganut faham Wahabi telah datang ke tanah Jawa dan menyiarkan ajarannya di negeri ini. Bukan saja mereka itu masuk ke Solo dan Yogya, tetapi mereka pun meneruskan juga penyiaran fahamnya di Cirebon, Bantam dan Madura. Mereka mendapat sambutan baik, sebab terang anti penjajahan.
Sunan Bagus sendiri pun tertarik dengan ajaran kaum Wahabi. Pemerintah Belanda mendesak agar orang-orang Wahabi itu diserahkan kepadanya. Pemerintah Belanda cukup tahu, apakah akibatnya bagi penjajahannya, jika faham Wahabi ini dikenal oleh rakyat.
Padahal ketika itu perjuangan memperkokoh penjajahan belum lagi selesai. Mulanya Sunan tidak mau menyerahkan mereka. Tetapi mengingat akibat-akibatnya bagi Kerajaan-kerajaan Jawa, maka ahli-ahli kerajaan memberi advis kepada Sunan, supaya orang-orang Wahabi itu diserahkan saja kepada Belanda. Lantaran desakan itu, maka mereka pun ditangkapi dan diserahkan kepada Belanda. Oleh Belanda orang-orang itu pun diusir kembali ke tanah Arab.
Tetapi di tahun 1801, artinya 12 tahun di belakang, kaum Wahabi datang lagi. Sekarang bukan lagi orang Arab, melainkan anak Indonesia sendiri, yaitu anak Minangkabau. Haji Miskin Pandai Sikat (Agam) Haji Abdurrahman Piabang (Lubuk Limapuluh Koto), dan Haji Mohammad Haris Tuanku Lintau (Luhak Tanah Datar).
Mereka menyiarkan ajaran itu di Luhak Agam (Bukittinggi) dan banyak beroleh murid dan pengikut. Diantara murid mereka ialah Tuanku Nan Renceh Kamang. Tuanku Samik Empat Angkat. Akhirnya gerakan mereka itu meluas dan melebar, sehingga terbentuklah “Kaum Paderi” yang terkenal. Di antara mereka ialah Tuanku Imam Bonjol. Maka terjadilah “Perang Paderi” yang terkenal itu. Tiga puluh tujuh tahun lamanya mereka melawan penjajahan Belanda.
Bilamana di dalam abad ke delapan belas dan Sembilan belas gerakan Wahabi dapat dipatahkan, pertama orang-orang Wahabi dapat diusir dari Jawa, kedua dapat dikalahkan dengan kekuatan senjata, namun di awal abad kedua puluh mereka muncul lagi!
Di Minangkabau timbullah gerakan yang dinamai “Kaum Muda.” Di Jawa datanglah K.H. A. Dahlan dan Syekh Ahmad Soorkati. K.H.A. Dahlan mendirikan “Muhammadiyah.” Syekh Ahmad Soorkati dapat membangun semangat baru dalam kalangan orang-orang Arab. Ketika dia mulai datang, orang Arab belum pecah menjadi dua, yaitu Arrabithah Alawiyah dan Al-Irsyad. Bahkan yang mendatangkan Syekh itu ke mari adalah dari kalangan yang kemudiannya membentuk Ar-Rabithah Adawiyah.
Musuhnya dalam kalangan Islam sendiri, pertama ialah Kerajaan Turki. Kedua Kerajaan Syarif di Mekkah, ketiga Kerajaan Mesir. Ulama-ulama pengambil muka mengarang buku-buku buat “mengkafirkan” Wahabi. Bahkan ada di kalangan Ulama itu yang sampai hati mengarang buku mengatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab pendiri faham ini adalah keturunan Musailamah Al Kahzab!
Pembangunan Wahabi pada umumnya adalah bermazhab Hambali, tetapi faham itu juga dianut oleh pengikut Mazhab Syafi’i, sebagai kaum Wahabi Minangkabau. Dan juga penganut Mazhab Hanafi, sebagai kaum Wahabi di India.
Sekarang “Wahabi” dijadikan alat kembali oleh beberapa golongan tertentu untuk menekan semangat kesadaran Islam yang bukan surut ke belakang di Indonesia ini, melainkan kian maju dan tersiar. Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini, yang dibenci bukan lagi pelajaran wahabi, melainkan nama Wahabi.
Ir. Dr. Sukarno dalam “Surat-Surat dari Endeh”nya kelihatan bahwa fahamnya dalam agama Islam adalah banyak mengandung anasir Wahabi.
Kaum komunis Indonesia telah mencoba menimbulkan sentiment Ummat Islam dengan membangkit-bangkit nama Wahabi. Padahal seketika terdengar kemenangan gilang-gemilang yang dicapai oleh Raja Wahabi Ibnu Saud, yang mengusir kekuasaan keluarga Syarif dari Mekkah. Umat Islam mengadakan Kongres Besar di Surabaya dan mengetok kawat mengucapkan selamat atas kemenangan itu (1925). Sampai mengutus dua orang pemimpin Islam dari Jawa ke Mekkah, yaitu H.O.S. Cokroaminoto dan K.H. Mas Mansur. Dan Haji Agus Salim datang lagi ke Mekkah tahun 1927.
Karena tahun 1925 dan tahun 1926 itu belum lama, baru lima puluh tahun lebih saja, maka masih banyak orang yang dapat mengenangkan bagaimana pula hebatnya reaksi pada waktu itu, baik dari pemerintah penjajahan, walau dari Umat Islam sendiri yang ikut benci kepada Wahabi, karena hebatnya propaganda Kerajaan Turki dan Ulama-ulama pengikut Syarif.
Sekarang pemilihan umum yang pertama sudah selesai. Mungkin menyebut-nyebut “Wahabi” dan membusuk-busukkannya ini akan disimpan dahulu untuk pemilihan umum yang akan datang. Dan mungkin juga propaganda ini masuk ke dalam hati orang, sehingga gambar-gambar “Figur Nasional,” sebagai Tuanku Imam Bonjol dan K.H.A. Dahlan diturunkan dari dinding. Dan mungkin perkumpulan-perkumpulan yang memang nyata kemasukan faham Wahabi seperti Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan lain-lain diminta supaya dibubarkan saja.
Kepada orang-orang yang membangkit-bangkit bahwa pemuka-pemuka Islam dari sumatera yang datang memperjuangkan Islam di Tanah Jawa ini adalah penganut atau keturunan kaum Wahabi, kepada mereka orang-orang dari Sumatera itu mengucapkan banyak-banyak terima kasih! Sebab kepada mereka diberikan kehormatan yang begitu besar!
Sungguh pun demikian, faham Wahabi bukanlah faham yang dipaksakan oleh Muslimin, baik mereka Wahabi atau tidak. Dan masih banyak yang tidak menganut faham ini dalam kalangan Masyumi. Tetapi pokok perjuangan Islam, yaitu hanya takut semata-mata kepada Allah dan anti kepada segala macam penjajahan, termasuk Komunis, adalah anutan dari mereka bersama!”

Dari paparan tersebut, jelaslah bahwa Buya HAMKA berhasil menelisik akar terjadinya fitnah yang dialamatkan kepada Wahabi. Ini menandakan vonis “Faham Hitam” yang dituduhkan kepada Wahabi pada dasarnya adalah modus lama namun didesain dengan gaya baru yang disesuaikan dengan kepentingan dan arahan yang disetting oleh para Think Tank “Gurita Kolonialisme Abad 21.”
Maka perhatikanlah apa yang pernah diutarakan oleh Buya HAMKA dalam pembahasan Islam dan Majapahit berikut ini:
“Memang, di zaman Jahiliyah kita bermusuhan, kita berdendam, kita tidak bersatu! Islam kemudiannya adalah sebagai penanam pertama dari jiwa persatuan. Dan Kompeni Belanda kembali memakai alat perpecahannya, untuk menguatkan kekuasaannya.”
“Tahukah tuan, bahwasanya tatkala Pangeran Dipenogero, Amirul Mukminin Tanah Jawa telah dapat ditipu dan perangnya dikalahkan, maka Belanda membawa Pangeran Sentot Ali Basyah ke Minangkabau buat mengalahkan Paderi? Tahukah tuan bahwa setelah Sentot merasa dirinya tertipu, sebab yang diperanginya itu adalah kawan sefahamnya dalam Islam, dan setelah kaum Paderi dan raja-raja Minangkabau memperhatikan ikatan serbannya sama dengan ikatan serban Ulama Minangkabau, sudi menerima Sentot sebagai “Amir” Islam di Minangkabau? Teringatkah tuan, bahwa lantaran rahasia bocor dan Belanda tahu, Sentot pun diasingkan ke Bengkulu dan di sana beliau berkubur buat selama-lamanya?”
“Maka dengan memakai faham Islam, dengan sendirinya kebangsaan dan kesatuan Indonesia terjamin. Tetapi dengan mengemukakan kebangsaan saja, tanpa Islam, orang harus kembali mengeruk, mengorek tambo lama, dan itulah pangkal bala dan bencana!”
Kiranya, sepeninggal HAMKA, alangkah laiknya jika umat Islam masih kenal dan bisa mengimplementasikan apa yang diutarakan Buya HAMKA dalam bukunya tersebut. Dengan demikian, niscaya umat Islam tidak perlu sampai menjadi keledai yang terjerembab dalam lubang yang dibuat oleh musuh-musuh Islam dengan modus yang sama tetapi dalam nuansa yang berbeda. Wallahu A’lam. [voa-islam.com]

Sumber: Disini

Sabtu, 07 Maret 2015

Memakai Cincin Batu Akik

dakwatuna.com - Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
كَانَ خَاتَمُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ وَرِقٍ، وَكَانَ فَصُّهُ حَبَشِيًّا
Dahulu, cincin Rasulullah ﷺ terbuat dari perak, dan mata cincinnya adalah batu dari Etiopia. (HR. Muslim No. 2094)
Inilah hadits paling shahih tentang “batu cincin”-nya nabi ﷺ, yaitu batu dari Etiopia. Tapi, apakah itu? Para ulama berbeda tentang itu.
Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:
قال العلماء يعني حجرا حبشيا أي فصا من جزع أو عقيق فإن معدنهما بالحبشة واليمن وقيل لونه حبشي أي أسود وجاء في صحيح البخاري من رواية حميد عن أنس أيضا فصه منه قال بن عبد البر هذا أصح وقال غيره كلاهما صحيح وكان لرسول الله صلى الله عليه وسلم في وقت خاتم فصه منه وفي وقت خاتم فصه حبشي وفي حديث آخر فصه من عقيق
Berkata para ulama: Yakni batu dari Etiopia, yaitu batu dari jaza’ atau ‘aqiq, yg keduanya menjadi barang berharga di Etiopia dan Yaman. Ada yang bilang warnanya khas Etiopia, yaitu hitam. Terdapat keterangan dalam Shahih Al Bukhari dari riwayat Humaid dari Anas juga bahwa mata cincinnya terbuat darinya (batu Etiopia) . Berkata Ibnu Abdil Bar: Inilah yang paling shahih. Yang lain mengatakan keduanya shahih. Dahulu Nabi ﷺ suatu waktu pakai cincin yang matanya darinya, pada waktu lain batu Etiopia, pada hadits lain mata cincinnya dari ‘aqiq. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 14/71. Cet. 2, 1392H. Dar Ihya At Turats, Beirut)
Sementara Al Kasymiri mengartikan mata cincin dari Etiopia ini adalah ‘aqiq. (Al ‘Urf Asy Syadzi, 3/255. Cet. 1, 1425H. Dar At Turats Al ‘Arabi, Beirut. Tashhih: Syaikh Mahmud Syakir)
Sedangkan Imam An Nawawi, dalam keterangannya itu, Beliau tidak menerangkan derajat hadits tentang Nabi ﷺ pernah memakai ‘aqiq dan seperti apa bunyi haditsnya, juga tidak disebutkan.
Imam Abu Abdillah Az Zarkasyi Rahimahullah mengatakan:
الحَدِيث التَّاسِع وَالثَّلَاثُونَ تختموا بالعقيق فَإِنَّهُ يَنْفِي الْفقر
رَوَاهُ صَاحب الفردوس من طَرِيق انس بن مَالك وَعمر بن الْخطاب وَعَائِشَة وَعلي وَغَيرهم بأسانيد مُتعَدِّدَة وَفِي كتاب اليواقيت للمطرزي اخبرني ابو الْقَاسِم الصايغ قَالَ سُئِلَ ابراهيم الْحَرْبِيّ عَن قَوْله تختموا بالعقيق فَقَالَ صَحِيح وَقَالَ يرْوى ايضا تختموا بالعقيق بِالْيَاءِ الْمُثَنَّاة من تَحت أَي اسكنوا العقيق واقيموا بِهِ
وروى عَن عبد خير عَن عَليّ قَالَ التَّخَتُّم بالعقيق بركَة
Hadits yang ke 39: “Bercincinlah kalian dengan ‘aqiq karena dia bisa meniadakan kefaqiran.” Hadits ini diriwayatkan oleh pengarang Al Firdaus (Imam Ad Dailami), dari jalan Anas bin Malik , Umar bin Al Khathab, ‘Aisyah, dan Ali, dan selain mereka dengan sanad yang banyak. Serta dalam kitab Al Yawaqiit karya Al Matrizi: “Mengabarkan kepadaku Abul Qasim Ash Shayigh, katanya: “Ibrahim Al Harbi ditanya tentang sabdanya: “bercincinlah dengan ‘aqiq” Beliau menjawab: “SHAHIH”. Beliau juga mengatakan: diriwayatkan juga “bercincinlah dengan ‘aqiq, yaitu tinggallah dengan ‘aqiq dan mukimlah dengannya.” Diriwayatkan dari Abdu Khair, dari Ali, katanya: bercincin dengan ‘aqiq adalah berkah.” (At Tadzkirah fil Ahadits, 1/105-106)
Imam Badrudin Al ‘Aini Rahimahullah mengatakan:
وَأما العقيق فَلَا بَأْس بالتختم بِهِ، وروى أَصْحَابنَا أثرا فِيهِ، وَهُوَ أَنه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم كَانَ يتختم بالعقيق، وَقَالَ: تختموا بِهِ فَإِنَّهُ مبارك. قلت: فِيهِ نظر، وَلَكِن ابْن منجويه روى عَن إِبْرَاهِيم أَنه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ: (من تختم بالياقوت الْأَصْفَر لن يفْتَقر، والزمرد يَنْفِي الْفقر) .
Ada pun ‘Aqiq, tidak apa-apa memakainya sebagai cincin. Para sahabat kami meriwayatkan atsar tentang masalah ini. Yaitu bahwa Nabi ﷺ pernah memakai cincin dengan ‘aqiq. Beliau bersabda: “Pakailah cincin dengannya, karena itu diberkahi.” Aku (Imam Al ‘Aini) berkata: “Riwayat ini mesti didiskusikan lagi statusnya.” Tetapi Ibnu Manjawaih meriwayatkan dari Ibrahim, bahwa Nabi ﷺ bersabda: Barang siapa yang memakai cincin dari Yaqut Kuning dia tidak pernah faqir, dan batu Zamrud bisa menolak kefaqiran.” (‘Umdatul Qari, 22/37. Dar Ihya At Turats, Beirut)
Syaikh Syamsuddin As Safiiri Rahimahullah mengatakan:
وأما لبس خاتم العقيق فإنه جائز، وكذا الياقوت للرجال والنساء، بل قيل: إن العقيق يذهب الغم، والياقوت ينفي الفقر.
قال ابن العماد في شرح سيرته: وقد روي ابن غانم في كتابه الفائق في اللفظ الرائق: أنه – صلى الله عليه وسلم – قال: «تختموا بالعقيق فإنه مبارك، تختموا بخواتم العقيق فإنه لا يصيب أحدكم غم ما دام ذلك عليه، تختموا بالياقوت فإنه ينفي الفقر»
Ada pun memakai cincin ‘aqiq, itu boleh saja, begitu juga Yaqut baik bagi laki-laki dan wanita. Bahkan ada yang mengatakan sesungguhnya ‘aqiq bisa menghilangkan kesedihan dan Yaqut bisa meniadakan kefaqiran. Ibnul ‘Imad mengatakan dalam Syarh Sirah-nya, bahwa Ibnu Ghanim meriwayatkan dalam kitabnya Al Faaiq fil Lafzhi Ar Raaiq: Bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Pakailah cincin ‘aqiq karena hal itu diberkahi, pakailah cincin-cincin dari ‘aqiq sebab kalian tidak akan pernah sedih selama itu masih dipakai, pakailah cincin Yaqut karena itu meniadakan kefaqiran. (Al Majalis Al Wa’zhiyah, 2/112. Cet. 1, 1425H. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Bagaimanakah hadits yang menyebutkan bahwa ‘aqiq bisa menghilangkan kesedihan? Berkata Imam Al Munawi Rahimahullah: “Hadits ini batil.” (At Taisir bisyarh Al Jaami’ Ash Shaghiir, 1/445. Cet. 3, 1408H. Maktabah Al Imam Asy Syafi’i, Riyadh)
Bahkan para Imam Ahli Hadits menghukumi hadits-hadits tentang ‘aqiq semuanya adalah lemah bahkan palsu, termasuk hadits yang dinyatakan shahih oleh Ibrahim Al Harbi.
Imam As Sakhawi telah mengomentari hadits: “Pakailah oleh kalia cincin ‘aqiq, karena itu diberkahi.” Beliau mengatakan: hadits banyak jalan, dan semuanya dhaif. Dan, Beliau memaparkan hadits-hadits tentang perintah memakai batu ‘aqiq dan segala keutamaannya, menurut penelitiannya, semuanya dhaif bahkan ada yang palsu. (Lihat detilnya dalam Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 252-253)
Berkata Imam Al Munawi Rahimahullahi:
وقال ابن رجب رحمه الله: وكل أحاديث التختم بالعقيق لا يثبت منها شيء وقال العقيلي: لا يصح في التختم به شيء وجزم في الميزان بأنه موضوع وروى ابن زنجويه بسند ضعيف عن علي كرم الله وجهه مرفوعا من تختم بالياقوت الأصفر منع من الطاعون
Berkata Ibnu Rajab Rahimahullah: “Semua hadits tentang bercincin dengan ‘aqiq tidak satu pun yang kuat.” Al ‘Uqaili berkata: “Tidak ada sedikit pun yang shahih tentang bercincin dengannya.” Dan dalam kitab Al Mizan telah dipastikan bahwa itu adalah palsu. Ibnu Zanjawaih meriwayatkan dengan sanad yang dhaif dari Ali Karamallah Wajhah, secara marfu’, “Barang siapa yang memakai cincin Yaqut Kuning maka dia akan tercegah dari penyakit Tha’un.” (Faidhul Qadir, 3/235. Cet. 1, 1356H. Maktabah At Tijariyah Al Kubra, Mesir)
Imam Abu Ishaq Al Halabi Asy Syafi’i Rahimahullah mengatakan dalam kitab khusus tentang cincin ‘aqiq:
وقد ورد التختم بالعقيق ونحوه من الأحجار في عدة آثار أشار إلى كثير منها ابن الجوزي في كتابه ((الموضوعات)) وقال: إنها كلها ليست بصحيحة، وبين حال رواتها مبرهناً على ذلك. وذكر عن أبي جعفر العقيلي الحافظ أنه لا يثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم في هذا شيءٌ.
Telah datang riwayat tentang bercincin dari ‘aqiq dan semisalnya, pada sejumlah atsar yang banyak, di antaranya yang dikatakan Ibnul Jauzi dalam kitabnya (Al Maudhu’at), katanya: “Semuanya tidak ada yang shahih” dan dia menjelaskan keadaan pera perawinya dan beralasan dengan itu untuk menyatakan pendapat tersebut. Juga disebutkan dari Abu Ja’far Al ‘Uqaili bahwasanya tidak ada satu pun hadits yang valid dari Nabi ﷺ dalam pembahasan ‘aqiq ini. (At Ta’liq Ar Rasyiq fit Takhtimil ‘Aqiq, Hal. 10)
Kesimpulan:
  • Menurut para imam hadits, hHadits-hadits tentang ‘aqiq semuanya dhaif, bahkan ada yang palsu.
  • Hadits yang paling shahih dalam “batu cincin” adalah batu cincin dari Etiopia (Habasyah) diriwayatkan Imam Muslim, At Tirmidzi, dan lainnya. Itu pun para ulama berbeda tafsir tentang batu Etiopia itu; ada yang mengatakan ‘aqiq, ada yang mengatakan jaza’.
  • Memakai batu ‘aqiq boleh, sebagaimana Nabi ﷺ memakai batu cincin dari Etiopia, dan ini pula yang difatwakan para ulama.
  • Hendaknya memakai cincin dijari yang disunahkan yaitu kelingking atau manis, bukan dijari yang dimakruhkan yaitu telunjuk, tengah, dan jempol.
  • Hendaknya para pemakai ‘aqiq tidak meyakini keistimewaan apa pun yang bisa mendatangkan manfaat dan mudharat bagi kehidupannya, sebab hal itu akan membawa pelakunya pada pintu kemusyrikan.
  • Jadikanlah perhiasan biasa saja, sebagaimana perhiasan halal lainnya. Wallahu a’lam (usb/dakwatuna)

Sabtu, 28 Februari 2015

Teknologi 5G

 

Coba Teknologi 5G Ini, Unduh 30 Film Cukup 1 Detik


VIVA.co.id - Jika di Indonesia baru saja mencicipi teknologi 4G, ilmuwan Inggris malah kini tengah menguji coba teknologi generasi kelima (5G) yang baru.
Para ilmuwan 5G Inovation Centre (5GIC) University of Surrey, Inggris mengklaim 5G akan jauh lebih unggul dari 4G. Gambarannya, dengan teknologi 5G baru itu, untuk mengunduh 30 film hanya butuh waktu satu detik. Hal ini dikarenakan, jaringan internet generasi kelima baru ini 65 ribu kali lebih cepat dari 4G.

Dari kecepatannya, 5G mampu melesat mencapai satu tera byte (125 gigabyte) per detiknya, sehingga tak masalah untuk mengunduh puluhan film dalam hitungan satu detik.

"Kami ingin menjadi yang pertama di dunia untuk ditunjukkan seperti kecepatan tinggi (5G)," ujar Direktur 5GIC, Profesor Rahim Tafazolli dilansir Daily Mail, Jumat, 27 Februari 2015.

Tes pertama yang mereka lakukan ini dengan menggunakan nirkabel, hampir setara dengan kecepatan serat kabel optik. Para ilmuwan ini menggunakan pemancar besutan sendiri untuk menerima dan mengujinya dalam jarak lebih dari 100 meter.

Diketahui, hasil teknologi 5G dari para ilmuwan telah melewati teknologi 5G besutan Samsung. Pada Oktober tahun lalu, teknologi 5G Samsung hanya memiliki kecepatan 7,5 gigabyte (940 megabyte) per detiknya.

Hasil teknologi 5G yang dirasa memuaskan, ilmuwan 5GIC ingin mengujinya pada ruang publik. Dan regulator telekomunikasi dan penyiaran Inggris, Ofcom, telah mengisyaratkan teknologi ini bisa dirilis pada 2020.
"Kami telah mengembangkan lebih 10 teknologi terobosan dan salah satu dari mereka berarti kami dapat melebihi 1 Tbps nirkabel. Ini adalah kapasitas yang sama dengan serat optik, tapi kami melakukannya tanpa kabel," ungkap Tafazolli.

Teknologi 5G ini memungkinkan pengguna ponsel pintar dapat bermain game hologram secara real time. Ofcom mengatakan sebelumnya, mereka mengharapkan 5G mampu memberikan 10-50 gigabyte per detiknya. (art)

Sumber: dari SINI

Jumat, 09 Januari 2015

Tahun Ini Terjadi Detik Kabisat yang Bisa Mengacaukan Internet

TRIBUNJOGJA.COM - Sekelompok ilmuwan dari Pusat Pemantauan Bumi dan International Earth Rotation Service yang berbasis di Paris mengumumkan bahwa tahun ini akan terjadi detik kabisat. Ini terjadi karena adanya pelambatan rotasi bumi yang terjadi secara berkala.
Akibat kejadian itu, tahun 2015 ini penghuni planet bumi akan mendapatkan tambahan ekstra satu detik khususnya pada tanggal 30 Juni mendatang. Jika selama ini satu menit itu 60 detik, maka pada tanggal tersebut, satu menitnya adalah 61 detik.
Bagaimana hal ini bisa menjadi perhatian serius, padahal hanya beda satu detik saja? Ternyata, meskipun hanya satu detik, hal ini bisa memicu kekacauan jaringan internet dunia.
Lewat laporannya, detik kabisat ini akan bertambah tepatnya pada pukul 11:59:60 PM untuk Waktu Universal Terkordinasi atau UTC time dimana akan ditambahkan ekstra satu detik untuk mencapai keselarasan antara waktu bumi dan waktu atom yang paling akurat. Waktu atom inilah yang juga digunakan dalam transaksi elektronik.
Penambahan detik ini diperlukan karena rotasi bumi secara berkala mengalami pelambatan sehingga harus ada keselarasan antara kedua sistem waktu tersebut. Caranya dengan menyisipkan satu detik ke dalam kalender karena diperlukan untuk memelihara standar waktu supaya cocok dengan kalender sipil yang ditentukan berdasarkan pengamatan astronomi.
Nick Stamatakos, Kepala Parameter Orientasi Bumi di Observatorium Angkatan Laut AS, menjelaskan, planet bumi sebenarnya mengalami pelambatan rotasi secara berkala. Peristiwa tahun ini merupakan yang ke 26 kalinya sejak kali pertama ditambahkan detik secara berkala pada tahun 1972.
Detik kabisat, diperlukan untuk membantu waktu bumi sehingga bisa mengejar waktu akurat yang ditunjukan waktu atom. "Bumi melambat sedikit, untuk membuatnya tetap sinkron, maka sesekali waktu bumi harus ditambah, biasanya pada tanggal 30 Juni atau pada tanggal 31 Desember," ujarnya.
Keputusan tersebut ditempuh setiap kali waktu bumi berada lebih lambat sekitar setengah detik. Sehingga sebagai gantinya harus ada penambahan setengah detik lebih cepat. Namun, penambahan tersebut, bisa jadi memberikan dampak buruk pada jaringan internet dunia.
"Mereka menambahkannya untuk sesuatu yang disebut UTC atau Cordinated Universal Time, untuk memastikan tingkat UTC sama dengan waktu atom. Oleh karena itu tanggal 30 Juni akan ada 86.401 detik bukan 86.400 detik," jelasnya.
Hal ini pula yang terjadi pada tahun 2012 lalu. Sistem komputer 'bingung' menerjemahkan perubahan waktu tersebut dan menyebabkan lonjakan aktivitas pada server tertentu.
Sejumlah perusahaan semisal Reddit, Yelp, LinkedIn melaporkan bahwa sistem mereka crash.
Untuk mengatasinya, perusahaan besar semisal Google telah melakukan langkah antisipatif. Mereka menambahkan sepersekian detik selama tahun sebelumnya sehingga mereka tidak perlu membuat penyesuaian tiba-tiba.
Namun, sejumlah negara termasuk AS mendukung untuk mengubah hal itu. Mereka mendukung untuk menyingkirkan terjadinya detik kabisat meskipun dampaknya akan ada ketidakselarasan penunjuk waktu.
Hal ini terjadi karena ketidakselarasan itu pasti akan terjadi. Apakah itu dalam hitungan detik, menit maupun jam. Dan mustahil untuk menyelaraskannya tanpa ada konsekuensi bencana.
Tanpa detik kabisat, maka akan ada perbedaan waktu bumi dan waktu atom sekitar 2 hingga 3 menit di tahun 2100 dan akan ada perbedaan setengah jam pada tahun 2700.
Sementara negara lainnya, semisal inggris, ingin tetap ada detik kabisat untuk menyelaraskan keteraturan tertentu semisal yang ditujukan dalam Greenwich Mean Time (GMT) atau waktu saat matahari melintasi meridian Greenwich.
Isu ini sekarang tengah diperbincangkan oleh Majelis Komunikasi Radio dan hasilnya akan diputuskan dalam Konferensi Komunikasi Radio Dunia. Jika resmi diputuskan tak perlu ada detik kabisat, maka ini mungkin akan menjadi terakhir kalinya dimana jumlah detik dalam satu tahun mencapai 31.536.001. (*)
Sumber : CNN, Dailymail, ABC